Kamis, 21 Juni 2012
HE DOESN’T
LOVE ME
Orang gila !! itu lah
aku, karena satu pria bisa membuat ku gila, senyum sendiri, tersipu, perasaan
tak karuan, rasanya campur aduk ketika cinta menghampiri. Semua nya indah,
merona bagai mawar di tepi danau. Ahhhh . . mungkin aku berlebihan…
“ Ica, sarapan nya abisin dong!!”
perintah Mama yang duduk di sebelahku. “hah? Eh.. e e iya Ma” aku kagat, sedang
asyik melamun tiba-tiba Mama menggangguku. “hayo, lagi ngelamunin apa? Cowo
ya?” goda Mama “ah apaan sih mah, so tau deh” jawab ku malu. “terus ngelamunin
apa?” Tanya Mama “ga ngelamunin apa-apa ko ma” jawab ku “iya deh” Mama menjawab
dengan nada menggodaku, sekali lagi aku hanya tersipu malu. Mama memang benar,
aku sedang melamun tentang seorang cowo, cowo yang seminggu terakhir ini
membuat ku deg-degan ga karuan, cowo yang punya senyum paling manis, cowo
tinggi putih yang selalu juara kelas. Namanya Yusuf, dia satu kelas denganku
awalnya aku membenci dia, karena menurutku dia so pintar dan menyebalkan tapi
setelah ku pikir-pikir lagi ternyata dia tidak seburuk itu, malah dia berhasil
memikat hatiku. Pagi ini aku begitu semangat pergi ke sekolah, tak seperti
biasanya. Siapa lagi yang membuatku begitu semangat kalau bukan Yusuf.
“udah ca sarapannya?” Tanya Ayah
yang menghampiriku di meja makan. “udah ko yah, berangkat yu?” jawabku sambil
mengambil tas yang tadi kusimpan di samping kursi meja makan. Tak lama kemudian
aku berpamitan pada Mama dan bergegas masuk ke mobil. Di jalan perasaan ku ta
karuan, rasanya ingin cepat-cepat sampai di sekolah. Tiba-tiba Ayah membuyarkan
pikiranku “kamu ko akhir-akhir ini jadi sering ngelamun sih, ada apa?” Tanya
ayah lembut “ga ada apa-apa ko yah, emang aku sering ngelamun gitu? Perasaan
engga deh” aku berpura-pura tak tahu apa-apa. “ya, ayah sering liat aja
akhir-akhir ini kamu banyak ngelamun, ayah takut kamu kenapa-kenapa” ayah
menjawab dengan penuh kelembutan “engga yah, mungkin itu cuma perasaan ayah
aja, ga ada apa-apa ko kalo ada apa-apa nanti aku pasti cerita ko yah” aku
berusaha meyakinkan ayah. “yaudah syukurlah kalo gitu” ayah menghela nafas. 10
menit kemudian aku tiba di gerbang sekolah ku, aku berpamitan pada ayah. Di
jalan menuju kelas ku, tiba-tiba mataku berbinar hati ku deg-degan dan bibir ku
spontan tersenyum. Kulihat Yusuf di koridor kelas, dia begitu tampan dan
membuat ku terpikat, karena tak begitu memperhatikan jalan kakiku tersandung
dan aku berteriak dan Yusuf mendengar teriakan ku. “kenapa Ca? liat-liat dong
kalo jalan, merhatiin gue terus sih”
candanya dengan senyum yang indah “apasih, siapa lagi yang merhatiin elo
geer aja deh” balasku dengan wajah tersipu. Aku bohong, dia memang benar, aku
tersandung karena memperhatikan nya.
Aku bergegas ke kelas, aku berpapasan dengan
nya dan melempar senyum mengejek. Dia malah tertawa dan membalas mengejekku.
Kami memang selalu begitu, kadang bertengkar, saling ejek, kadang bertukar
pikiran, itulah yang membuat ku jatuh cinta padanya, karena kebersamaan kami
berdua akhirnya timbul perasaan yang lain di hatiku aku berharap dia juga
demikian. Aku tak menceritakan hal ini pada siapa pun, aku akan menceritakan
nya nanti jika aku dan Yusuf jadian. Setelah
sampai dikelas, aku duduk di bangku ku, aku mengambil buku dari dalam tas ku
hanya sekedar membaca-baca saja. Baru saja aku akan mengambil buku dari dalam
tas ku, Yusuf masuk dan duduk di sampingku, ada perasaan deg-degan tapi aku
berusaha bersikap biasa. “ada PR ga sih?” Tanya Yusuf membuka percakapan. “ga
tau deh” jawab ku singkat. “dasar yah emang lo males” ejek nya “heh, emang lo ga
males apa? Lo juga ga tau kan ada PR apa engga” jawabku dengan nada tinggi “tuh
kan lo gitu sih, gampang marah” “hahaha, engga kali ah lo kaya yang ga tau gue
aja sih” kali ini aku tertawa terbahak-bahak, dia pun ikut tertawa. Tanpa aku
sadari, hal inilah yang membuatku jatuh hati padanya.
Di
luar terdengar suara gaduh dari segerombolan anak laki-laki dan aku tahu siapa
yang membuat suara gaduh seperti itu, pasti teman-teman sekelasku dan tebakkan
ku benar, tak lama para pembuat gaduh itu masuk ke kelasku mereka ribut sekali
mereka membuat ku kesal, bukan hanya karena kegaduhan yang mereka buat tapi
juga karena mereka berhasil menarik perhatian Yusuf dan akhirnya Yusuf lebih
memilih untuk bergabung bersama mereka. Coba tebak perasaan ku saat itu,
jengkel. Bagaimana tidak ketika sedang menikmati momen-momen bahagia tiba-tiba
ada yang mengacaukan, tapi aku bersikap biasa saja agar Yusuf tidak curiga.
Kemudian
aku melanjutkan aktivitas ku dan Yusuf juga begitu, ia lebih suka bergabung
bersama teman laki-lakinya. Saat jam pelajaran seperti biasa Yusuf yang duduk
di bangku depan pindah kesebelahku karena matanya minus jadi ia tak begitu
jelas melihat papan tulis, inilah momen-momen bahagia ku selanjutnya. “minjem
penghapus ca!” pintanya padaku “nih, minjem aja” jawab ku ketus “oke, oke nanti
gue beli sama toko-tokonya” jawabnya “alah, penghapus satu aja ga kebeli
apalagi sama tokonya, mimpi” jawabku sengit. “nanti liat ya gue bakal buktiin
ke lo, gue bakal beli tuh penghapus, haha” Yusuf pun tertawa. “Ica, Yusuf
kalian ngapain ribut-ribut berdua?” suara guru biologi membuyarkan candaan kami
diikuti dengan suara gaduh dari anak-anak yang menggoda kami “engga bu ini si
Ica nya yang berisik, ngajakin becanda mulu” Yusuf menyalahkan ku “loh ko ke
Ica sih, Yusuf bu yang gangguin Ica” aku tak mau kalah, guruku hanya tersenyum
sambil geleng-geleng kepala. Seisi kelas menertawakan kami. “elo sih pake minjem
penghapus segala” aku menoleh ke Yusuf dan menyalahkan nya. “apa hubungannya?
Emang lo nya aja yang tukang ribut” Yusuf membela diri. Aku hanya menampakkan
muka kesal, padahal di hatiku aku begitu bahagia.
Hal
seperti itu terus berlangsung selama 2 minggu, canda tawa dan kebahagian yang
tidak ada hentinya membuatku semakin yakin bahwa aku memang benar-benar jatuh
cinta. Sampai akhirnya…
Senin
pagi setelah upacara aku merasakan sesuatu yang berbeda pada diri Yusuf, dia
tak lagi menyapaku atau duduk di sebelahku. Dia berlalu begitu saja, lalu ku
beranikan diri untuk bertanya. “Yusuf, ada PR ga sih” “ga tau deh” jawabnya
singkat. Aku sangat sedih ketika mendengarnya, Yusuf yang ku kenal sudah
berubah ketika jam pelajaran pun dia tak lagi duduk di sampingku. Aku bertanya
dalam hati, apa yang terjadi padanya? Apakah dia tahu aku menyukainya dan
menjadi risih atas perasaan ku ini?
Aku
berusaha tegar dan menganggap semua ini sebagai hal yang biasa, keesokan
harinya hal seperti ini terulang kembali dan yang membuatku hancur adalah
sekarang dia lebih suka bercanda dengan Gia, teman sekelas kami. Mereka duduk
bersama, makan bersama dan Yusuf sekarang lebih suka duduk di samping Gia saat
belajar padahal bangku Gia ada di pojok dan tidak begitu jelas dengan papan
tulis mereka begitu dekat, aku berusaha menyakinkan diriku bahwa hal itu
merupakan hal yang biasa dan tak berarti apa-apa. Untuk lebih meyakinkan hati
ku, aku bertanya pada Dwi, teman sebangku ku “Wi, si Yusuf ama Gia jadian yah?”
aku mengagetkannya yang sedang menulis “hah? Apa? Jadian? Engga ah, masa mereka
jadian kan Gia nya juga udah punya cowo” jawabnya setengah kaget “oh ya?” raut
muka ku menunjukan rasa bahagia “iya, mereka udah pacaran lama ko lagian kamu
kaya yang ga tau Yusuf aja, dia kan emang deket sama hampir semua cewe di kelas
ini” jawab Dwi meyakinkan. Hati ku tenang mendengar perkataan Dwi lalu aku
hanya tersenyum penuh kemenangan, dalam hati ku aku mencerna kembali apa yang
Dwi katakana tadi, Yusuf kan memang dekat dengan hampir semua murid perempuan
di kelas ini, lagi pula jika Gia sudah punya pacar mana mungkin Gia dan Yusuf
jadian. Aku berusaha positif thinking
Saat
jam terakhir Yusuf menghampiriku untuk meminjam buku catatan sejarah ku. “Ca,
liat buku sejarah kamu dong! Aku belum nyatet” dia menghampiriku dengan wajah
tenangnya “nih, jangan rusak, jangan ilang, jangan kusut pokoknya pas dibalikin
ke gue keadaannya harus tetep kaya gini” pinta ku “iya iya” jawabnya sambil
berlalu. Entah mengapa walau Dwi sudah meyakinkanku, aku tetap saja melihat
sesuatu yang lain dari Yusuf.
Saat
pulang sekolah, aku pulang sendiri ayah tidak bisa menjemputku karena harus lembur
aku diam didepan gerbang menunggu angkot, tiba-tiba Yusuf menghampiriku dia
mengembalikan buku sejarah yang dia pinjam tadi. “nih Ca buku nya, makasih yah”
dia menjulurkan buku bersampul coklat itu padaku “oke, ga rusak kan bukunya”
godaku. “engga lah, tangan gue kan halus dan lembut jadi ga mungkin buku lo
rusak” ucapnya dengan nada so. “masa? Lebay dasar” jawabku sengit. Kami lalu tertawa
bersama. “ga di jemput ca?” “engga nih, ayah lembur aku pulang pake angkot”
“yaudah bareng yah, gue juga pulang pake angkot ko” pinta Yusuf. Aku mengangguk
mengiyakan. 5 menit kemudian angkot yang kami tunggu tiba. Di dalam angkot aku
dan Yusuf bercanda seperti biasa, aku mulai merasakan Yusuf ku kembali, aku
sangat bahagia perasaanku berbunga melihat Yusuf yang sempat berpaling ke Gia
kini kembali lagi padaku. Dalam hati aku
berkata “lo tuh pantesnya sama gue” ujar ku mantap.
Keesokan
harinya, aku tidak melihat Yusuf dia tidak sekolah, dia sakit. Rasanya
semangatku hilang, aku mengirim sms pada Yusuf, kutulis pesan yang isinya “Hey,
sakit apa?” tak lama kulihat laporan terkirim dan 10 menit kemudian Yusuf
membalas “ga enak badan Ca” jawabnya. “yaudah cepet sembuh yah” balasku. Dia
tidak membalas lagi, aku sedikit kecewa dengan perlakuannya.
Kulihat
Gia yang sedang duduk di bangku Yusuf, dia sedang asyik mengotak-atik hp nya.
Aku menghampirinya dan berpura-pura menanyakan tentang tugas kimia. “Gi, kamu
udah belom tugas kimia?” Tanya ku. “udah Ca, kemaren sore ngerjain bareng
Yusuf” jawabnya tenang. Aku seperti di sambar petir mendengar perkataan Gia.
“sama Yusuf? Dimana?” tanyaku heran. “kemaren dia ke rumahku, ya sekalian aja
sambil ngerjain tugas kimia.” Lagi-lagi dia menjawab dengan begitu tenangnya
sambil terus memainkan hp. Gia terlihat sedang berkirim pesan dengan seseorang.
“oh.. “ hanya kata “oh” yang keluar dari mulutku, aku tak bisa berkata apa-apa
lagi, rasanya aku ingin menangis tapi sekuat tenaga aku menahannya. “smsan sama
siapa Gi?” tanyaku lagi “sama Yusuf” jawabnya singkat. Jawaban singkat yang
membuatku hancur dan tak kuat menahan tangis, tapi aku berusaha sebisaku agar
air mataku tak jatuh. “loh bukannya dia sakit yah?” aku bertanya lagi dengan
nada yang canggung. “iya, emang sakit kemaren abis pulang dari rumahku kita
makan bakso gitu eh malem nya dia langsung sakit, kaya dia baksonya ga higienis
gitu deh, aku jadi ngerasa bersalah” jelasnya dengan panjang lebar. Seperti ada
pisau tajam yang menusuk di dadaku, sesak. “dari tadi smsan nya? Ko yang lagi
sakit bisa kirim sms sih?” aku berusaha tenang dan bersikap sebiasa mungkin. “iya
dari tadi pagi sebelum berangkat sekolah juga kita udah smsan ko, ga tau deh Ca,
udah aku bilangin suruh istirahat tapi dia nya keukeuh pengen smsan sama aku,
yaudah deh kali aja dengan smsan sama aku dia bisa sembuh hehehe” Gia
menjelaskan dengan binar dimatanya, dan aku tahu apa arti binar itu.
Ya
Tuhan, aku tak sanggup !! aku tak sanggup mendengar apa yang Gia katakan.
Pantas Yusuf tak membalas lagi sms ku, dia sedang asyik smsan dengan Gia.
Rasanya aku ingin menangis sekencang-kencangnya, aku kehilangan semua kekuatan
dan semangatku. Untuk berjalan pun aku tak mampu. Aku hanya diam dan murung
saat disekolah, perkataan Gia terus menari-nari di pikiranku. Aku tak bisa
menghapusnya. Dwi heran melihat sikapku, dia bertanya apa yang terjadi “kamu
kenapa Ca? ko murung gitu sih? Kamu sakit?” Tanya Dwi mengkhawatirkanku.
“gapapa ko Wi, aku baik-baik aja” jawabku dengan lesu. “kalau kamu sakit kamu
bilang aja, nanti aku anterin ke UKS” aku tak menjawab, aku hanya mengangguk
pelan.
Setibanya
di rumah aku langsung masuk kamar dan membanting tubuhku ke kasur, aku
menangis, betapa hancurnya hatiku ketika laki-laki yang kucintai, yang selama
ini selalu bersamaku dan ku anggap dia memiliki perasaan yang sama dengan ku
kini lebih memilih wanita lain. Padahal Gia sudah punya pacar dan selama ini
Yusuf selalu bersama ku, apa artinya perhatian dan kebaikan yang Yusuf berikan padaku
jika itu tak berarti apa-apa untuknya. Kenapa Gia? Gia kan punya pacar, apa
Yusuf rela dijadikan selingkuhan oleh Gia? Kenapa Gia, Yusuf?
Aku
terus menangis kemudian aku terlelap dan bangun menjelang magrib, kepala ku
pusing sekali. Aku bergegas mandi dan kemudian aku terdiam di kursi pojok
kamarku, aku hanya bisa terdiam apalagi yang bisa kulakukan jika laki-laki yang
kucintai ternyata memiilih wanita lain untuk ia cintai. Aku tak mau ke sekolah
lagi, tak mau melihat Yusuf dan Gia aku ingin sendiri. Tapi aku bisa apa? Aku
harus menerima kenyataan dan berani menghadapinya. Aku harus tetap pergi ke
sekolah dan menahan semua luka.
Perasaan ku tak enak hari ini,
seperti ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi. Aku tak sarapan, aku langsung
pergi kesekolah. Jangan kan untuk sarapan, untuk hidup saja aku ragu. Aku
berjalan lesu ke kelasku, dari jauh kulihat kelas ku begitu ramai dan gaduh aku
penasaran dengan keadaan kelas, kupercepat langkahku dan sejurus kemudian aku
sudah berdiri di depan pintu, suara gaduh itu ternyata berasal dari meja Gia,
terdengar sorak-sorak dan godaan pada Gia, aku semakin penasaran dengan apa
yang terjadi kulangkahkan kaki ku ke meja Gia, aku bertanya apa yang terjadi.
“kenapa sih? Ko rame banget?” Tanya ku bingung. “lihat dong facebooknya Gia”
jawab Wita teman sebangku Gia. Kulihat Gia sedang asyik menatap layar laptop
nya bersama teman-teman sekelas yang sepertinya mengacuhkanku. “emang kenapa
facebooknya Gia?” tanyaku semakin bingung. “ih kamu ga uptodate deh, nih liat
sendiri deh profil facebooknya Gia” ucap Wita sambil menjulurkan laptop Gia
padaku. Kulihat profil facebook nya, sekilas tak ada yang aneh sampai kulihat
di sisi kiri profil facebook Gia Adelia dan kudapati sesuatu yang membuatku
ingin mati, disana tertulis IN RELATIONSHIP WITH YUSUF SETIA DHARMA. “udah tau
sekarang apa yang bikin kelas rame?” Wita membuyarkan pikiranku. “udah ko”
jawabku dengan ucapan yang sangat pelan. “selamat ya Gia, semoga langgeng sama
Yusuf” aku mengulurkan tanganku pada Gia dan Gia menjabatnya.
Selasa, 19 Juni 2012
Ayudia Prahesti
Senin, 14 Maret 2011
Gue benci
sekali dengan senin dan gue rasa hampir semua orang ga suka dengan hari senin, gimana
engga setelah bersenang-senang di hari minggu dan dengan terpaksa harus ketemu lagi
dengan senin. Yah, mau bagaimana lagi kalau bisa rasanya pengen banget mengubah
kalender dirumah gue supaya abis hari minggu langsung ke sabtu dan begitu
seterusnya. Tapi itu adalah hal paling mustahil didunia ini. “Nikmati saja hari
senin nya” gumamku dalam hati
Gue dengan
enggan meninggalkan tempat tidur gue sampai akhirnya Ibu menyuruhku
(baca:memaksa) untuk pergi mandi, dengan wajah memelas gue bergegas menyambar
handuk dan pergi mandi. Rasa nya malas sekali hari senin pergi kesekolah,
karena pasti upacara sudah menanti, tapi kalo gue ga sekolah gue bisa
ketinggalan ulangan biologi.
Jam 06.25 gue
berangkat ke sekolah, gue ga pake mobil pribadi karena memang gue ga punya
mobil pribadi, gue juga ga pake motor karena gue ga bisa pake motor, jadi
setiap hari angkot lah yang setia menemani, jarak rumah kesekolah cukup jauh
bisa sampai 30 menit perjalanan.
Sesampainya di gerbang sekolah, gue papasan sama temen
sebangku gue, Winda, kita berdua jalan bareng ke kelas. Waktu lagi jalan ke
kelas, banyak banget yang winda certain ke gue, terutama tentang sesosok wanita menyebalkan
yang melihat mukanya aja bikin bulu kuduk gue berdiri, namanya Ayudya Prahesti,
dia memang cantik, banyak laki-laki disekolah yang naksir padanya, dia sombong,
songong, tengil dan bagian menyedihkannya adalah dia satu kelas sama gue. Argghhtt
ya Tuhan, cobaan macam apa ini.
“Cha, kemaren si hesti dijemput pake
sedan silver?” Winda membuka percakapan, gue agak kaget sama omongan Winda
tadi. “ah, masa sih? Bukannya mobil dia itu yang kijang putih?” tanyaku heran
“engga ko, kemaren sih gue liat dia dijemput didepan sekolah pake sedan silver
itu” Winda meyakinkan “mobil baru kali” jawabku singkat. “Pasti makin sombong
aja tuh si Hesti” gumamku dalam hati. Setibanya dikelas gue langsung di sambut
dengan si sombong itu, dia sedang duduk dikorodor sekolah sambil memainkan iPhone
nya, ya Tuhan kenapa senin pagi ini gue harus bertemu dengan makhluk sombong. Gue
noleh sinis gitu ke dia, gue muak banget sama muka songongnya itu. Baru saja gue
nyimpen tas ku dibangku, bel upacara udah bunyi pertanda aktifitas pertama
disekolah akan di mulai.
Gue sama
Winda bergegas menuju lapangan upacara, didepan gue Hesti lagi jalan sendirian,
dia emang ga punya temen, hampir setiap hari dia pergi kemana-mana sendiri. Dan
gue sangat senang dengan hal itu, ya pasti lah dia di jauhin karena sifat
sombongnya.
Saat upacara, gue ngambil barisan
paling belakang supaya bisa ngobrol sama Winda. “win, liat deh si hesti makin
hari makin sombong aja” gumamku pada winda. “yah, elo kaya yang ga tau dia aja”
timpal winda. “sayang ya, walaupun dia cantik dan kaya tapi ga ada orang yang
mau temenan sama dia kemana-mana sendiri, ga kesiksa apa” ucapku “mau gimana
lagi, siapa sih yang mau temenan sama orang judes dan sombong kaya gitu, orang
paling cupu sekalipun disekolah ini pasti ga mau temenan sama dia” jawab Winda
“emang iya sih win, cantik dan tajir doang ga cukup buat jadi modal harus ada
nilai lebih” “nah itu kamu ngerti, cha. percuma tau cantik tapi sombong” ujar
Winda. Selama upacara, aku dan Winda terus saja mengobrol, topic utama kamu
adalah si hesti. Kalo ngomongin dia, ga aka nada berenti nya deh, ga tau tempat
mau pas upacara, lagi belajar, di kantin bahkan di toilet sekalipun kita pasti
ngomongin si hesti, abis tuh anak rese nya ga ketulungan.
Upacara hari ini lama banget, bu
Dewi yang jadi pembinanya kelamaan pidato, ga ngerti juga deh dia ngomongin
apaan, paling tentang kebersihan kelas kerapihan dan kedisiplinan gitu lah,
standar banget pokok nya. 45 menit lebih gue berdiri kepanasan di tengah
lapangan, keringet udah banjir gini di baju gue, dan syukur nya bu Dewi ngerti
kalo anak-anak udah ga comfort lagi,
dia buru-buru nyelesein pidato nya dan ga lama setelah itu si arif yang jadi
pemimpin upacara langsung ngebubarin barisan manusia di tengah lapangan sekolah
itu. Sebelum ke kelas gue sama Winda ke kantin dulu buat beli minum, pas jalan
ke kantin gue liat si hesti lagi ngobrol sama rizki akrab banget mereka kaya
yang lagi pacaran padahal kan si rizki udah punya pacar si Wilma, apa mereka
udah putus? Terus si rizki jadian sama si hesti? Ah, gue jadi kepo gini sih.
Pas gue papasan sama mereka gue denger obrolan mereka “ki, nanti malem jalan
yuk, bete nih gue” ajak hesti “nanti malem yah? Gue ada acara sama si
Wilma tapi ya kalo lo mau gabung sih gapapa bareng aja” jawab rizki “hm, engga
deh kalian berdua aja” jawab hesti cemberut “jangan cemberut gitu dong lain
kali aja ya” “yaudah ok deh.”
Gue cuma bisa bengong, gila yah apa
sih yang ada di pikiran si hesti masa dia ngajak jalan pacar orang sih? Ga
mikir apa tuh orang. “lo denger ga tadi si hesti ngomong apa ke si rizki?”
tanya gue ke winda “engga, emang dia ngomong apa?” jawab winda bingung “masa si
hesti ngajak si rizki jalan nanti malem, emang dia ga tau apa si rizki pacaran
sama si Wilma?” “hah? Yang bener?” ekspresi winda menunjukkan ketidakpercayaan
“masa gue bohong sih, orang tadi gue denger sendiri” gue coba ngeyakinin winda
“dasar yah gatel banget si hesti, pantes aja si Wilma ngejauhin dia kelakuan
nya kaya gitu sih, padahal kan waktu dulu mereka tuh sahabatan” kenang winda
“iya yah, ga nyangka padahal dulu si hesti sama si Wilma kan satu geng
kemana-mana bareng gitu, eh karena kelakuan jelek si hesti tuh anak di depak
dari gengnya” cerita ku panjang lebar “udah ah, males gue ngomongin si hesti.
Cepetan gih beli minum nya” cetus winda tak sabar
Seperti biasa, kalo senin bawaan nya
pasti bete terus apalagi sekarang harus olahraga, abis panas-panasan upacara
sekarang harus olahraga. Kurang ekstrem apa coba hari ini? Pas olahraga si
hesti dengan centil nya bawa-bawa kipas kemana-mana dengan gaya tengil nya dia
ngibasin rambut panjang nya, iyuuuuhh serasa pengen jambak deh tuh rambut
kebaca banget kalo dia lagi narik perhatian kakak kelas yang lagi barengan
olahraga, apalagi si gery mantan nya si hesti lagi maen basket ya pantes lah si
hesti kecentilan. Dan seperti biasa olahraga pun ga ada yang mau nemenin dia,
tapi bukan hesti namanya kalo dia bisa berdiri di atas kaki nya sendiri walau
semua orang ngejauhin dia, untuk yang satu ini gue salut deh siapa lagi coba
yang bisa tahan di jauhin sama temen sekelas kalo bukan si hesti, kaya nya tuh
dia ga peduli apa pendapat orang tentang hidup nya, bagi dia hidup dia ya
urusan dia. Bener sih filosofi hidup nya, tapi alesan di balik filosofi nya itu
yang ngaco, ga introspeksi diri banget. Saking sibuk nya ngurusin hesti, gue ga
nyadar di tinggal temen-temen ke ruang olahraga. “sial, ditinggalin kan gue”
gumamku. gue pun cepet-cepet lari nyusul anak-anak.
Selesai olahraga gue langsung
buru-buru ganti baju, ga tahan sama keringet nya, abis ganti baju gue ngajak
winda ke kantin, pas lagi jalan di koridor kelas gue sama winda kaget, ada yang
berantem di kelas XI IPA 2 karena penasaran, gue sama winda langsung gabung
sama anak-anak yang udah lebih dulu di situ, saking kepo nya gue ampe ga nyadar
udah nyeruduk-nyeruduk gitu saking pengen liat paling depan, gue ga peduli deh
si winda ada dimana dan waktu gue liat siapa yang lagi berantem gue kaget
banget, si hesti lagi adu mulut sama si Wilma, dan mereka lagi di kelilingi
sama anak-anak geng nya Wilma. Heboh banget deh pokoknya, si Wilma sambil
nangis gitu ngomong ke si hesti nya, dan si hesti tetep dengan muka tengil nya
malah makin nyolot gue ga ngerti apa masalah nya gue nanya aja sama si ruly
yang berdiri di pingir gue “masalah nya apa rul?” tanya gue “kata nya sih si
Wilma marah sama si hesti gara-gara tadi pagi si hesti ngajak si rizki jalan
gitu” jelas ruly “oh gitu” jawab ku manggut-manggut. Ternyata itu permasalahan
nya, “tau dari mana si Wilma si hesti ngajak jalan cowo nya?” gumam ku dalam
hati.
Sementara gue lagi bengong yang lagi
berantem malah makin heboh aja, si Wilma nampar si hesti ya jelas lah si hesti
bales nampar terus geng nya si Wilma turun tangan mereka sih ga misahin si
hesti sama si Wilma, malah bantuin si Wilma secara mereka pasti sebel banget
sama kelakuan busuk si hesti yang udah keterlaluan. Si hesti malah makin
nyolot, kayanya dia ga terima di keroyok sama mantan temen se-geng nya, novi
yang bisa dibilang leader di geng itu turun tangan “eh mau lo tuh apa sih ga
puas apa waktu dulu lo ngedeketin si ardi? Gatel banget sih hidup lo” cetus
novi “hak gue dong mau gimana juga, hidup-hidup gue kenapa emang lo ga suka
sama gue? Itu sih masalah lo, ga ada urusan sama gue” hesti makin nyolot “udah
lah sekarang lo pergi aja gih, gausah ngeliatin muka lo lagi di depan kita,
eneg tau. Dan satu hal lagi jangan gatel sama cowo gue, masih banyak kan cowo
jomblo diluar sana lo cari deh cowo yang bisa lo kibulin, jangan cowo gue” ucap
Wilma panjang lebar dengan mata berkaca-kaca “ok, gue pergi lagian siapa juga
yang mau ketemu lo lo semua” ketus hesti sambil berlalu. Setelah hesti pergi,
wilma sama temen-temen nya sibuk ngomong ga jelas, kayanya mereka kesel sama
sikap acuh nya si hesti, mereka ngerasa ga dianggap gitu ya maklum lah mereka
kan geng yang di kenal gila akan penghargaan, kaya nya tuh semua orang di
sekolah harus hormat dan tunduk sama mereka. Fiuh, emang mereka siapa coba?
Setelah gue selesai kepo masalah si
hesti sama wilma and the geng, gue baru nyadar gue masih berdiri kaya patung
sedangkan temen-temen yang lain udah pada bubar, gue langsung kikuk gitu dengan
tingkah yang canggung gue langsung ngebubarin diri nyari si winda, setelah
celingak-celinguk gue nemu si winda lagi nyender di tembok kelas. “win, lo tadi
liat ga mereka berantem?” sambar gue ke winda “ga liat gue, orang rame gitu gue
aja paling belakang liat nya, ga liat apa-apa malah, lo dimana sih tadi? Ko gue
ga liat lo” “gue paling depan tadi” jawab ku cuek “ko bisa?” tanya winda heran
“ya gue nerobos kerumunan anak-anak aja” jawab gue belaga polos “hah? Gila lo
niat banget yah pengen kepo nya” winda keheranan “ya abis kapan lagi cob ague
liat mereka berantem, udah yuk ah kata nya mau ke kantin” aku bergegas
menggandeng lengan winda.
Waktu istirahat gue jadi lebih sebentar gara-gara tadi ngeliat si hesti berantem. Gue pikir si hesti bakal shock gitu eh ternyata dia adem-adem aja, malah gue liat dia lagi ngobrol cengengesan sama anak-anak cowo. Kaya ga terjadi apa-apa, emang dasar yah saking acuh nya tuh anak dia ampe ga sadar kalo beberapa menit yang lalu dia abis berantem hebat sampe ada adegan tampar-tamparan segala. Ckck, gue Cuma bisa geleng-geleng kepala. Ga lama, bel masuk udah bunyi aja sekarang pelajaran matematika terus dilanjut sama bahasa inggris abis itu pulang deh, ga sabar nunggu bel pulang nih gue. Hari senin ini kayanya ngebosenin abis deh, ga ada yang special gitu. Dan untung banget setelah nunggu 3 jam lama nya bel pulang yang gue tunggu-tunggu pun akhir nya dateng, kalo bel pulang gini anak-anak muka nya pasti cerah ceria deh.
Seperti biasa kalo pulang gue nebeng winda, dia biasa nya nganterin gue pake motornya. Dijalan waktu mau ke parkiran gue sempet liat si hesti lagi maenin iPhone nya ngetik sms kaya nya. Paling dia minta jemput supir nya. “asik yah jadi si hesti, di manja banget pengen apa-apa tinggal bilang pasti langsung dikasih” cetus ku pada winda “ah lo tadi pagi aja ngejelekin si hesti, sekarang malah envy” goda winda “ya siapa coba yang ga iri sama si hesti, cakep, tajir, barang-barang nya pasti up to date, dan cowo-cowo banyak yang naksir dia, kalo aja dia lebih rendah hati dan bisa ngehargain orang lain, pasti banyak banget tuh anak temen nya” celoteh ku “ga mungkin! Dia tuh udah dari sono nya tengil, ga bisa di rubah, udah ah masa hari ini topic nya full tentang si hesti sih” cetus winda “iya deh iya, cepet ah gue pengen buru-buru balik nih” “huuuu, dasar! Udah nebeng malah lo lagi yang rewel” keluh winda gue cuma bisa ketawa-ketawa aja
Waktu istirahat gue jadi lebih sebentar gara-gara tadi ngeliat si hesti berantem. Gue pikir si hesti bakal shock gitu eh ternyata dia adem-adem aja, malah gue liat dia lagi ngobrol cengengesan sama anak-anak cowo. Kaya ga terjadi apa-apa, emang dasar yah saking acuh nya tuh anak dia ampe ga sadar kalo beberapa menit yang lalu dia abis berantem hebat sampe ada adegan tampar-tamparan segala. Ckck, gue Cuma bisa geleng-geleng kepala. Ga lama, bel masuk udah bunyi aja sekarang pelajaran matematika terus dilanjut sama bahasa inggris abis itu pulang deh, ga sabar nunggu bel pulang nih gue. Hari senin ini kayanya ngebosenin abis deh, ga ada yang special gitu. Dan untung banget setelah nunggu 3 jam lama nya bel pulang yang gue tunggu-tunggu pun akhir nya dateng, kalo bel pulang gini anak-anak muka nya pasti cerah ceria deh.
Seperti biasa kalo pulang gue nebeng winda, dia biasa nya nganterin gue pake motornya. Dijalan waktu mau ke parkiran gue sempet liat si hesti lagi maenin iPhone nya ngetik sms kaya nya. Paling dia minta jemput supir nya. “asik yah jadi si hesti, di manja banget pengen apa-apa tinggal bilang pasti langsung dikasih” cetus ku pada winda “ah lo tadi pagi aja ngejelekin si hesti, sekarang malah envy” goda winda “ya siapa coba yang ga iri sama si hesti, cakep, tajir, barang-barang nya pasti up to date, dan cowo-cowo banyak yang naksir dia, kalo aja dia lebih rendah hati dan bisa ngehargain orang lain, pasti banyak banget tuh anak temen nya” celoteh ku “ga mungkin! Dia tuh udah dari sono nya tengil, ga bisa di rubah, udah ah masa hari ini topic nya full tentang si hesti sih” cetus winda “iya deh iya, cepet ah gue pengen buru-buru balik nih” “huuuu, dasar! Udah nebeng malah lo lagi yang rewel” keluh winda gue cuma bisa ketawa-ketawa aja
Kebiasaan banget kalo pulang sekolah
gue pasti paling akhir, abis si winda sih kalo parkir motor suka di tempat yang
ga srategis udah tau banyak banget anak-anak yang bawa motor dan kebanyakan
dari mereka tuh anak cowo kebayang kan kalo si winda yang mungil itu harus
desek-desekan sama anak-anak cowo yang rata-rata badan nya gede? Lagian si
winda udah di omelin berapa kali supaya parkir motor nya di depan tetep aja di
situ lagi di situ lagi nyimpen motor nya. Setelah nunggu hampir 20 menit lebih
akhir nya tuh matic keluar juga dari tempat parkir dengan baju basah kuyup
gara-gara keringetan gue buru-buru naek ke motor dan nyuruh winda cepet-cepet
nyalain motor nya supaya gue bisa cepet balik. Tiba-tiba si winda ngagetin gitu
“cha, si hesti noh” “apaan sih lo? Ngagetin aja” protes ku “ih elo, tuh liat si
hesti dia kayanya lagi nunggu jemputan nya” tunjuk winda ke arah hesti yang
berdiri sambil maenin iPhone nya di seberang jalan. “iya deh kayanya” ga lama
mobil kijang putih datang dan berenti di depan si hesti, terus mobil itu pergi
dan si hesti udah ngilang “perasaan kemaren bukan yang itu deh mobil nya, iya
kan cha?” tanya winda “ganti lagi kali, orang setajir dia ga mungkin kan mobil nya
satu” jawab ku. Lalu muncul lah ide di benak ku “kita ikutin yuk win” pintaku
“hah? Engga ah, ngapain sih kata nya tadi lo pengen cepet-cepet balik” keluh
winda “nanti aja balik nya, gue pengen liat segede apa sih rumah si hesti, udah
cepetan nanti ketinggalan lagi” dengan setengah hati winda nyalain motor nya
dan ngekor mobil hesti “jangan terlalu cepet, nanti ketauan lagi” protes ku
pada winda “tadi nyuruh cepet-cepet, sekarang nyuruh jangan cepet-cepet, gimana
sih” keluh winda sedikit kesal.
Setengah jalan, mobil nya hesti
berenti di restoran fast food. Gue kira mereka bakal makan dulu tau nya Cuma
beli beberapa bungkus makanan terus mereka ngalanjutin perjalanan pulang lagi,
tadi gue sempet ngeliat bapak-bapak berjas dan berdasi. “pasti itu bokap nya
hesti” cetus ku pada winda yang dari tadi sibuk ngeliatin gera-gerik hesti
“kayanya” jawab winda singkat. Kita langsung tancap gas ngikutin mobil hesti,
10 menit kemudian mobil itu berenti di kawasan perumahan elit yang ga bisa
sembarangan orang masuk. “yah cha, rumah si hesti kayanya di perum ini deh,
kita ga bisa masuk” keluh winda “iya deh, ya seengga nya kita tau rumah hesti
di kawasan mana” ucap ku. Tapi ternyata mobil itu ga buru-buru masuk ke komplek
perumahan elit itu, mobil itu berenti cukup lama dan gue liat si hesti keluar
dari mobil itu sambil bawa bungkusan makanan yang tadi dia beli di restoran
fast food. Gue sama winda langsung kaget gitu, ngapain coba si hesti turun di
situ. Si hesti ternyata ga ikut mobil itu masuk ke perumahan, dia jalan cukup
jauh sebelum akhir nya dia naek angkot.
Sumpah deh gue Cuma bisa bengong,
mau kemana si hesti pake angkot bukan nya dia ga biasa naek mobil umum yang ga
ada ac nya? “cha, dia mau kemana?” tanya winda bingung “mana gue tau, udah
ikutin aja, awas ketauan” jawab ku. Cukup jauh juga si hesti naek tuh angkot,
sekitar 15 menit dia baru turun di depan sebuah gang di daerah pinggiran
Jakarta yang menurut gue tempat nya tuh agak kumuh, gue sama winda makin di
buat bingung. “ini apa maksudnya sih? Ko dia turun di sini, bukan nya rumah dia
di perumahan elit tadi yah, kenapa dia ga ikut mobil mewah tadi” aku mencecar
winda dengan pertanyaan yang gue yakin winda pun pasti ga tau jawaban nya “gue
ga tau, gue ga tau apa-apa” jawab winda dengan nada bunging.
Karena si hesti jalan, gue sama
winda berenti dulu depan gang cukup lama kita nunggu si hesti jalan jauh di
depan kita supaya kita ga ketauan, setelah gue rasa jarak antara motor winda
sama si hesti cukup jauh kita nerusin pengintaian kita lagi, kali ini motor winda
ga dipacu terlalu kenceng, jaga-jaga supaya si hesti ga tahu. Si hesti ngilang
di balik belokan pertama gang itu, gue sempet kelabakan takut kehilangan jejak
hesti untung winda ngerti dan dia buru-buru kebut tuh motor, nyampe di belokan
kita liat si hesti lagi jalan dan di masuk lagi ke gang kecil. “mau kemana sih
tuh anak, udah masuk gang malah masuk gang lagi” protes ku jengkel. Tapi karena
saking penasaran nya kita tetp lanjutin pengintaian ini, kita berenti tepat di
depan gang yang tadi si hesti masuk ke situ. Dan kita Cuma bisa bengong melongo
kaya orang bego waktu kita liat si hesti masuk ke rumah kecil dan reyot di
ujung gang, dari yang kita liat dia sempet nyium tangan ibu-ibu tua yang lagi
nyapu terus masuk ke dalem rumah itu.
“Cha, jangan bilang apa yang lo
pikirin sama kaya apa yang gue pikirin?” tanya winda khawatir “menurut gue sih
itu rumah nya si hesti dan ibu-ibu yang dia salamin itu nyokap nya” jawab ku
sedikit ragu. Kita cukup lama di buat takjub sama pemandangan yang baru kita
liat itu, sebelum ada anak SMP yang lewat depan kita, langsung aja gue samber
tuh anak. “eh de, sini dulu dong!” pintaku “ada apa kak?” wajah tuh anak
ketakutan campur bingung “kita Cuma mau nanya-nanya kok” jawab winda ramah “hm,
nanya tentang apa ya kak?” “itu rumah siapa ya?” tunjuk ku ke rumah yang tadi
gue sama winda liat dia masuk “oh itu rumah pak ujang sama bu marni” jawab si
anak kalem “mereka punya anak cewe seumuran kita ga?” tanya winda “ada ko, kak
ayu, dia kelas 2 SMA dia SMA Pelita Harapan” “hah? SMA Pelita Harapan, itu kan
sekolah kita Cha” cetus winda kaget “kakak sekolah disitu juga? Kenal ga kan
sama kak ayu?” “ayu? Perasaan ga ada yang namanya ayu deh, kita juga kelas 2”
jawab ku “masa sih ka, namanya Ayudya Prahesti, masa kakak ga kenal, katanya
dia tenar di SMA itu” waktu tuh anak bilang Ayudya Prahesti, mendadak kepala
gue pusing, gue ga percaya sama apa yang diomongin nih bocah SMP. “itu rumah
nya Ayudya Prahesti?” tanya winda sedikit ragu “iya ka, itu rumah ka ayu” “ayah
nya ayu kerja apa?” tanya ku “pak ujang sih dulu nya jual sate keliling, tapi
setelah sering sakit pak ujang jadi nganggur, tinggal bu marni aja yang jadi
pembantu rumah tangga di rumah nya pak Tio di perumahan Anggrek” jelas anak
tadi panjang lebar.
Gue ga bisa ngomong apa-apa, Cuma
bengong ga percaya sama cerita nih anak, winda juga dari tadi ga bersuara.
Setelah agak tenang, gue ngajak tuh anak ngobrol sambil minum es campur di
warung deket situ dan sekarang gue tau semua nya. Ayudya Prahesti, cewe cantik,
tengil, ga punya temen dan yang kata orang tajir banget itu ternyata anak
seorang tukang sate dan pembantu. Dan mobil serta semua fasilitas mewah yang
dia punya itu dia peroleh dari majikan ibunya, pak Tio yang emang udah nganggep
hesti kaya anak nya sendiri setelah anak cewe nya meninggal 3 tahun yang lalu,
ternyata cewe yang gue kira punya segala nya itu ga lebih dari seorang anak
cewe yang berasal dari keluarga ga mampu yang hidup nya dari belas kasian orang
lain.
Jumat, 03 Februari 2012
nama gue Tiara Anisa Putri. panggilannya ya terserah situ2 deh, 18tahun. tinggi 161 berat 45 (sumpah bohong) kulit putih, (putih apa kuning langsat ya) mata sipit, muka lonjong, rambut lurus, ini gue ngapain sih? what the hell banget.
gue tuh orang nya simple, ga suka dandan (abis gue gangerti gituan) judes setengah mati, ga ramah (sumpah gue ga bisa ramah) hobby ketawa pokoknya orang nya rame (dalam arti sebenarnya alias berisik) bawel, rempong, lebay alay apapun itu lah. tapi gue bangga sama diri gue sendiri dan gue ga akan merubah diri gue karena hal2 sepele kaya cowo gitu lah. eww penting sumpah deh erubah gara2 cowo.
gue suka film, music sama bola. gue anti sinetron dan boyband or girlband. apaan sih mereka? malesin sumpah. gue penduung Barcelona, malah cita2 gue tuh nonton live nya Barcelona di Camp nou (amin Ya Allah), pemain favorit gue Messi, males lah gue ngomongin Messi bisa bikin novel gue, pokoknya gue cinta mati semati matinya mati sama Messi, bodo amat lo mau ngomong apa. aktor favorit gue banyak sih, Johnny Deep, Robert Pattinson, Skandar Keynes, Bruce Willis, Daniel Radcliffe banyak lah, gue lupa. kalo artis favorit nya Megan Fox, banyak yang bilang sih gue mirip dia (padahal gue doang yang bilang), Kristen Stewart, Emma Watson, Drew Barrymore, Kate Winslet etc. Film favorit Twillight, Harry Potter, Transformer, Charlie Angel, Titanic, banyak lah gue lupa judulnya.
kalo penyanyi gue suka Katy Perry, Taylor Swift, Usher, Pitbul, Justin Bieber, Avril Lavigne, Boys Like Girls, Linkin Park banyak lah kalo artis Indonya sih Agnes Monica, Afgan, Peterpan, Glenn Fredly pokoknya yang suaranya sesuatu lah.
gue tuh judes banget, dan itu ga bisa gue ilangin. gue ga suka kalo ada orang yang minjem barang gue dan ga dibalikin, sumpah gatau diri banget. gue tau banyak yg gasuka sama gue karena kejudesan gue, so what? do I care? gue emang kaya gini segimanapun lo benci gue ya gue akan tetep gini. emang gue power ranger apa yg bisa berubah? dihh what the hell banget.
aslinya tuh gue baik dan ramah (sumpah) tapi kalo mood gue lagi bagus aja sih, dan keseringan mood gue jelek. gimana dong, sekali lagi GUE GA BISA BERUBAH, kalo lo baik dan ga rese ya gue sih ngikut lo masa lo baik terus gue nya judes terus. emg gue sinting? pokoknya kalo sama gue jangan rese dan harus tau diri.
masalah cowo.... penting? gue gapunya cowo dan ga ada niat punya cowo diwaktu dekat. biar nanti aja, ada waktunya lah. gue gamau kaya temen2 gue yg berantem dikit sama pacarnya langsung galau, mewek, diem dipojokan, mata berkaca-kaca terus diem dibawah dispenser teken tombol hot dan akhirnya melepuh (mampus lo) gue tu anti galau deh, tanya temen2 gue. gue sih kemaren2 naksir cowo, tapi setelah dipikir2 lagi, gue tuh ga cocok sama dia dan dia tuh orangnya sinting. apa gue gitu yang sinting? yauda lah ya males bahas cinta.
cita-cita gue banyak, yg paling besar sih keliling dunia makanya gue pengen kuliah sastra supaya bisa banyak bahasa dan bikin komunikasi gue lancar, gue pengen bahagiain orang tua gue (amin) pokoknya suatu hari gue harus beliin mereka mobil dan berangkat haji (amin Ya Allah) gue pengen buktiin ke semua orang kalo gue bisa. gue sakit hati sama anak yg ortu nya kaya raya tapi mereka malah cuek dan nyianyiain nya. sumpah tuh orang pengen gue lindes pake kereta ekonomi, gatau diri banget. kalo gue jadi mereka gue bakal nurut sama ortu dan belajar bener2 bukan nya malah jadi anak gahol yang hobinya morotin duit ortu. lo pikir duit datang dari langit? kadang2 gue suka sedih sih, dengan gaji bokap gue yg ga seberapa tapi pengeluaran banyak gue suka kasian juga dan ngayal andai aja bokap gue dirut BI. wuihh ga akan deh gue sekolah di Indonesia, langsung gue ke Jepang atau Amerika tapi apa mau dikata, orang punya takdir nya masing2 dan gue ga pernah nyesel sama takdir gue. alhamdulillah banget
pesen gue sih jangan sia-siain apa yg dikasih Tuhan sama lo, apapun yg Dia kasih pasti ya terbaik.
baru kali ini nih gue ngomong bener. udah ah, nanti gue sambung lagi. ciaooo
gue tuh orang nya simple, ga suka dandan (abis gue gangerti gituan) judes setengah mati, ga ramah (sumpah gue ga bisa ramah) hobby ketawa pokoknya orang nya rame (dalam arti sebenarnya alias berisik) bawel, rempong, lebay alay apapun itu lah. tapi gue bangga sama diri gue sendiri dan gue ga akan merubah diri gue karena hal2 sepele kaya cowo gitu lah. eww penting sumpah deh erubah gara2 cowo.
gue suka film, music sama bola. gue anti sinetron dan boyband or girlband. apaan sih mereka? malesin sumpah. gue penduung Barcelona, malah cita2 gue tuh nonton live nya Barcelona di Camp nou (amin Ya Allah), pemain favorit gue Messi, males lah gue ngomongin Messi bisa bikin novel gue, pokoknya gue cinta mati semati matinya mati sama Messi, bodo amat lo mau ngomong apa. aktor favorit gue banyak sih, Johnny Deep, Robert Pattinson, Skandar Keynes, Bruce Willis, Daniel Radcliffe banyak lah, gue lupa. kalo artis favorit nya Megan Fox, banyak yang bilang sih gue mirip dia (padahal gue doang yang bilang), Kristen Stewart, Emma Watson, Drew Barrymore, Kate Winslet etc. Film favorit Twillight, Harry Potter, Transformer, Charlie Angel, Titanic, banyak lah gue lupa judulnya.
kalo penyanyi gue suka Katy Perry, Taylor Swift, Usher, Pitbul, Justin Bieber, Avril Lavigne, Boys Like Girls, Linkin Park banyak lah kalo artis Indonya sih Agnes Monica, Afgan, Peterpan, Glenn Fredly pokoknya yang suaranya sesuatu lah.
gue tuh judes banget, dan itu ga bisa gue ilangin. gue ga suka kalo ada orang yang minjem barang gue dan ga dibalikin, sumpah gatau diri banget. gue tau banyak yg gasuka sama gue karena kejudesan gue, so what? do I care? gue emang kaya gini segimanapun lo benci gue ya gue akan tetep gini. emang gue power ranger apa yg bisa berubah? dihh what the hell banget.
aslinya tuh gue baik dan ramah (sumpah) tapi kalo mood gue lagi bagus aja sih, dan keseringan mood gue jelek. gimana dong, sekali lagi GUE GA BISA BERUBAH, kalo lo baik dan ga rese ya gue sih ngikut lo masa lo baik terus gue nya judes terus. emg gue sinting? pokoknya kalo sama gue jangan rese dan harus tau diri.
masalah cowo.... penting? gue gapunya cowo dan ga ada niat punya cowo diwaktu dekat. biar nanti aja, ada waktunya lah. gue gamau kaya temen2 gue yg berantem dikit sama pacarnya langsung galau, mewek, diem dipojokan, mata berkaca-kaca terus diem dibawah dispenser teken tombol hot dan akhirnya melepuh (mampus lo) gue tu anti galau deh, tanya temen2 gue. gue sih kemaren2 naksir cowo, tapi setelah dipikir2 lagi, gue tuh ga cocok sama dia dan dia tuh orangnya sinting. apa gue gitu yang sinting? yauda lah ya males bahas cinta.
cita-cita gue banyak, yg paling besar sih keliling dunia makanya gue pengen kuliah sastra supaya bisa banyak bahasa dan bikin komunikasi gue lancar, gue pengen bahagiain orang tua gue (amin) pokoknya suatu hari gue harus beliin mereka mobil dan berangkat haji (amin Ya Allah) gue pengen buktiin ke semua orang kalo gue bisa. gue sakit hati sama anak yg ortu nya kaya raya tapi mereka malah cuek dan nyianyiain nya. sumpah tuh orang pengen gue lindes pake kereta ekonomi, gatau diri banget. kalo gue jadi mereka gue bakal nurut sama ortu dan belajar bener2 bukan nya malah jadi anak gahol yang hobinya morotin duit ortu. lo pikir duit datang dari langit? kadang2 gue suka sedih sih, dengan gaji bokap gue yg ga seberapa tapi pengeluaran banyak gue suka kasian juga dan ngayal andai aja bokap gue dirut BI. wuihh ga akan deh gue sekolah di Indonesia, langsung gue ke Jepang atau Amerika tapi apa mau dikata, orang punya takdir nya masing2 dan gue ga pernah nyesel sama takdir gue. alhamdulillah banget
pesen gue sih jangan sia-siain apa yg dikasih Tuhan sama lo, apapun yg Dia kasih pasti ya terbaik.
baru kali ini nih gue ngomong bener. udah ah, nanti gue sambung lagi. ciaooo
setiap murid tingkat akhir baik di SD, SMP, maupun SMA harus mengikuti Ujian Nasional. Ujian Nasional merupakan indikator penentu keberhasilan seorang murid. Terdengar tidak adil dan memang pada kenyataan nya tidak adil, bertahun-tahun seorang murid belajar demi menggapai cita-cita dan semua itu hanya di tentukan oleh hasil UN.Ketidakadilan yang selama bertahun-tahun dibiarkan karena ketidakmampuan pemerintah untuk mengurus rakyatnya. UN terdengar menyeramkan, dan memang menyeramkan. Siswa-siswa banyak yang stres tak tahu apa jadinya nanti jika mereka gagal, masa depan hancur, kekecewaan, keputus asaan. Lalu pemerintah dimana? bersembunyi dibalik topeng palsu, berdalih demi kualitas anak bangsa yang lebih baik rela mengorbankan hak-hak seorang anak, mengorbankan kondisi kejiwaan seorang anak. Bukan begitu caranya jika ingin memajukan kualitas pendidikan Indonesia, jika memang ingin memajukan pendidikan Indonesia, lalu kenapa masih ada anak yang tidak bisa bersekolah karena masalah biaya, kenapa ada sekolah yang puluhan tahun tidak pernah direnovasi, kenapa biaya pendidikan mahal, kenapa akses menuju ke sekolah rusak parah, kenapa tenaga pendidik seperti tidak dihargai, kenapa hanya janji yang bisa mereka lontarkan? kami tidak menuntut banyak hal, kami menuntut keadilan, rasakan lah bagaimana sulit nya menjadi kami, menjadi seorang murid dengan tuntutan besar. Hapuskan UN, gratiskan biaya sekolah, perbaiki sekolah-sekolah, malu lah pada negara tetangga yang memiliki sekolah super mewah dengan kualitas internasional. Bagaimana kita akan bersaing dengan mereka jika sekolah kita pun atap nya bolong. Sekolah macam apa itu? Berusahalah memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan, lalu perbaiki kualitas SDM nya. Jangan hanya mementingkan imej semata.
Tahukan pemerintah, setiap tahun pelaksanaan UN dan ada siswa yang dinyatakan gagal, bagaimana perasaan mereka? Hancur? yaa. Bahkan mereka ada yang bunuh diri, apa tanggapan pemerintah? Diam. Tuli dan butakah mereka? setiap satu generasi yang hancur karena ulah pemerintah akan mencoreng Indonesia dimata dunia. Bayangkan betapa bobrok nya kita yang membiarkan nyawa generasi muda melayang hanya karena gagal UN.
Bebaskan kami dari belenggu pendidikan! selamatkan generasi muda! Singkirkan ego masing-masing.
HAPUSKAN UN!
Tahukan pemerintah, setiap tahun pelaksanaan UN dan ada siswa yang dinyatakan gagal, bagaimana perasaan mereka? Hancur? yaa. Bahkan mereka ada yang bunuh diri, apa tanggapan pemerintah? Diam. Tuli dan butakah mereka? setiap satu generasi yang hancur karena ulah pemerintah akan mencoreng Indonesia dimata dunia. Bayangkan betapa bobrok nya kita yang membiarkan nyawa generasi muda melayang hanya karena gagal UN.
Bebaskan kami dari belenggu pendidikan! selamatkan generasi muda! Singkirkan ego masing-masing.
HAPUSKAN UN!
Langganan:
Postingan (Atom)
About Me
- Tiara's Diary
- Bandung, Jawa Barat, Indonesia
- people always judge me before they know me. But, who cares?
Diberdayakan oleh Blogger.
Pengikut
Tick Tock
!-end>!-local>